Membantu Orang Lain adalah Cara (Lain) Menolong Diri Sendiri (Seri 8 #DiRumahAja)
Beberapa waktu lalu saya dan teman SMA membuat
galang dana kecil-kecilan untuk pengadaan alat perlindungan diri (APD) di fasilitas
kesehatan (faskes) Malang, kampung halaman yang tidak bisa kami kunjungi
Lebaran nanti. Targetnya cuma 15 juta karena sekadar untuk membeli masker siap
kirim dari seorang teman. Syukurlah tercapai dalam 3 hari. Saat ini maskernya
sudah tiba di beberapa faskes tujuan dan kami sedang mempersiapkan tahap dua.
Mengapa
APD? Karena barangnya langka dan harganya sudah tidak masuk akal. Hanya bisa
terbeli secara kolektif, terutama baju hazmat. Padahal bagi faskes-faskes, APD
ibarat sembako yang tiap hari harus ada baru. Jumlah yang kami kirim pun sebenarnya
tidak banyak. Bahkan mungkin habis dalam 1-2 hari. Tapi yah, barangkali itu
lebih baik daripada sama sekali tidak ada.
Kalau dipikir-pikir sebenarnya saya melakukan
itu untuk meredakan stres. Tiap hari angka-angka yang terus diperbarui itu
terus membuat sesak. Berdiam di rumah, meski aman dan nyaman, tidak terasa
baik-baik saja. Selamat sendiri itu tidak pernah terasa baik. Apalagi akhir-akhir
ini banyak berita orang kelaparan. Seperti yang saya tulis di blog pertama, jika
tidak mati karena wabah, bisa jadi orang akan mati lebih dulu karena lapar. Memikirkan
itu saja sudah membuat frustasi.
Kata orang, saat kita sedang tidak begitu
beruntung justru adalah waktu terbaik untuk membantu orang lain. Tidak ada yang
lebih baik daripada memberi dari kekurangan. Dengan menolong orang lain, kita
menjadi tidak terlalu fokus pada kesusahan kita sendiri. Dan di masa ini, kita
menolong orang lain karena ingin merasa lebih baik. Ingin menjadi orang yang
lebih bermanfaat, setidaknya sesaat. Untuk sejenak meredakan gemuruh di kepala dan dada.
Membantu
orang lain ternyata benar-benar adalah cara menolong diri sendiri. Semampunya. Tidak harus berupa finansial juga (saya menggalang dana tapi tidak ikut urun dana karena sudah miskin :') )
Dan setelah pandemi ini berakhir, kita bisa menoleh ke belakang dan tahu bahwa kita sudah berupaya, sebaik-baiknya.
Oya, saya bikin free printable Ramadan charts untuk anak. Bisa diakses gratis di sini :)
Dan setelah pandemi ini berakhir, kita bisa menoleh ke belakang dan tahu bahwa kita sudah berupaya, sebaik-baiknya.
Oya, saya bikin free printable Ramadan charts untuk anak. Bisa diakses gratis di sini :)
Comments
Post a Comment