Berhenti Menyandera Tuhan (Seri 6 #dirumahaja)
Saya kerap terdiam setiap kali membaca
harapan di media sosial yang berbunyi sejenis: Semoga wabah berakhir sebelum
Ramadan sehingga kita bisa puasa dengan tenang.
Pulau Panjang, Jepara |
Iya tentu tidak apa-apa untuk berharap. Tetapi nyatanya itu jelas tidak akan
terjadi. Ilmu
pengetahuan dan pengalaman warga negara lain yang lebih dulu terpapar juga
mengonfirmasi bahwa pandemi ini setidaknya baru akan mereda paling cepat sebulan lagi. Itu
pun jika semua orang berhasil tetap menjaga diri dan tidak nekat beribadah
bersama.
Maka jelas di masa Lebaran pun situasi masih siaga. Itu mengapa jauh-jauh hari semua diimbau tidak mudik. Fasilitas kesehatan dan tenaga medis di kota saja kewalahan menangani pasien virus ini. Apalagi di desa-desa.
Maka jelas di masa Lebaran pun situasi masih siaga. Itu mengapa jauh-jauh hari semua diimbau tidak mudik. Fasilitas kesehatan dan tenaga medis di kota saja kewalahan menangani pasien virus ini. Apalagi di desa-desa.
Wabah ini memang akan berakhir seizin
Tuhan. Tapi Tuhan juga yang mengizinkannya terjadi dan juga memberi manusia
akal budi dan kekuatan untuk menghadapi situasi ini. Kita tidak bisa mendikte
waktu dan proses untuk berjalan lebih cepat dari yang diperlukan. Kita tidak bisa
menyandera Tuhan untuk selalu memberi yang kita mau.
Lagipula siapa tahu Tuhan memang mau kita akhirnya menjalani Ramadan tanpa hingar bingar.
Aduh tulisan ini sudah terdengar seperti kotbah mimbar.
Lagipula siapa tahu Tuhan memang mau kita akhirnya menjalani Ramadan tanpa hingar bingar.
Aduh tulisan ini sudah terdengar seperti kotbah mimbar.
Comments
Post a Comment