(Tidak) Merayakan Angka (Seri 4 #dirumahaja)


Antara mimpi (buruk) dan kenyataan yang sedang coba kita buat biasa. Angka-angka itu terus muncul dan diperbarui tiap sore. Deretan angka yang bahkan tiba saat kita tidak sedang mencari berita, malahan  menghindarinya. Ia bahkan muncul di halaman depan tempat kita berbelanja daring.




Ia serupa perayaan perolehan medali olimpiade (yang akhirnya ditunda). Padahal yang paling kanan adalah angka kematian (yang di negara ini lebih tinggi ketimbang yang bisa melanjutkan hidup).

Ada yang berkata angka yang sesungguhnya seharusnya 71.000. Jika iya, masih lama(kah?) angkanya bergerak ke sana? Apakah kita termasuk di dalamnya? Akankah suatu hari tiba-tiba sebuah tim tiba-tiba datang ke rumah, berkata bahwa hasil penelusuran sebuah cluster yang terinfeksi akhirnya tiba pada kami sekeluarga?

Meski begitu, angka, justru juga adalah kunci kita memahami dan mencoba mengendalikan situasi. 
10 April 2020

Terburuk, Terbaik
Hari-hari yang sedang kita alami tentu bukan hal yang baru dalam sejarah manusia.
Kadang saya berpikir bagaimana rasanya hidup di tempat dan masa saat orang-orang berjuang untuk sekedar hidup. Mendengar bom yang jatuh di kejauhan, satu lagi orang yang kita kenal meninggal, dan belum tahu kapan anak akan bisa kembali bersekolah.

Saya selalu berpikir 74 tahun itu waktu yang belum lama untuk sebuah bangsa merdeka dan masa berakhirnya perang dunia. Itu "cuma" seusia orang lanjut usia. Bagaimana jika ada  sesuatu buruk terjadi lagi pada umat manusia?

Anak saya (9) kadang juga bertanya dan berandai-andai ada Perang Dunia Ketiga. Katanya kami harus membuat bunker atau mesin ke mana saja.

Tanpa mengabaikan tragedi yang akhirnya menjadi statistik ini, saya pikir kita sedang diberi kesempatan untuk mengalami masa yang membuat kita menjadi orang yang tidak lagi sama. Juga mengalami sedikit perasaan warga dunia yang hingga kini masih ada dalam situasi-situasi terburuk seperti perang saudara. Masa-masa yang dialami manusia dan membuat mereka bangkit.

Karena masa-masa terburuk, katanya, juga selalu membangkitkan sisi-sisi terbaik manusia.

Comments